Kamis, 15 Januari 2009

Anak , Kita, dan Orang Tua Kita
Pernahkah kita bayangkan, .........

Alhamdullillah, jika kita diberi umur panjang, suatu saat kita terbaring di sebuah tempat tidur, yang sangat nyaman, di rumah yang sederhana tetapi bersih, teduh dan asri. Walaupun terbaring, kita tidak sedang sakit, Tuhan memberi kita kesehatan sampai usia kita lanjut, hanya saja kondisi degeneratif, karena usia, sebagian fungsi tubuh kita sudah berkurang, mata sudah tidak begitu jelas tanpa kacamata, kaki sudah mulai gemetar jika berdiri lama, sehingga tongkat menjadi teman setia, duduk terlalu lama pinggang sakit. 

Saat terbaring seperti itu otak dan pikiran kita masih jernih dan mampu berfikir dan berangan dengan cemerlang. Mungkin kita hidup berdua saja dengan isteri atau suami kita dan seorang pembantu. Suami atau isteri yang sama-sama diberi anugerah panjang umur oleh Tuhan, isteri atau suami yang menemani kita saat suka dan duka sepanjang hidup kita, disaat-saat menghadapi masa sulit membesarkan anak dan mengantarkan mereka pada jenjang yang mapan sebagai pribadi yang mandiri sebagai manusia dewasa, yang siap menjalani hidupnya sendiri bersama keluarganya. 

Dimana anak-anak sekarang?. Joni ada di Amerika, dengan dasi dan jas lengkapnya, dia sedang memimpin meeting dengan para ilmuwan eropa, sekarang orang memanggilnya Professor Joni, sedang si Rini pada saat yang sama berada di Jerman, sedang observasi lapangan persiapan pembangunan properti oleh perusahaan tempat dia bekerja. Kawannya memanggil di Enjinier Rini.  

Sebulan sekali mereka menelpon mengabarkan kondisi kita, itupun hanya 2 menit. Beberapa tahun yang lalu mereka pulang bersama keluarganya, namun hanya 2 hari harus pindah ke hotel karena anaknya gatal-gatal saat tinggal di rumah, rumah tempat bapak dan ibunya bermain dan beranjak dewasa. Rumah tempat ibu dan bapaknya kelosotan di kolong meja penuh debu tanpa pernah gatal-gatal. 

Ingin rasanya tinggal berlama-lama dengan mereka si Rini dan si Joni, ingin memeluk dan mencium keningnya, mengusap rambutnya meneliti bagian-bagian tubuhnya kalau ada yang kotor atau luka dan cedera. Dulu mereka sebentar saja ditinggal ke belakang sudah menangis dan meraung-raung. Saat kita pulang kerja mereka berlari menyongsong kita , mengulurkan tangannya dan nemplok di dada kita. Saat kita ajak jalan-jalan di tempat asing tangan kita dipegangnya erat-erat, takut kehilangan kita.  


Genggaman tangannya sulit di lepas saat hari pertama kita antarkan masuk sekolah. Pendeknya sulit sekali mereka berpisah dari kita, walaupun kadang kita marah atau jengkel saat mereka kolokan, tetapi sebenarnya kita menikmatinya menjadi gantungan jiwa mereka, rasanya kita rela melakukan apa saja saat mereka mengalami gangguan keamanan dan ketenangan. Kita bisa bertengkar dan melabrak orang lain, gara-gara dia dirugikan atau diganggu. Kita geram pada saudara atau tetangga, gara-gara mereka ribut saat buah hati kita tidur siang. 
Sekarang ..... sebentar saja ingin bertemu sulit sekali, anak-anak yang kita ajari bicara mengucapkan beberapa patah kata dulu, sekarang tidak punya waktu lagi untuk bicara dengan kita. Anak yang kita ajari menulis dan membaca dulu, jarang berkirim sekedar SMS atau surat.

 Jangan mengeluh atau nelangsa, jalur jalan yang dia lewati sekarang berbeda dengan jalur yang kita lewati, walaupun bersebelahan, dia lewat jalur cepat dengan segala fasilitas dan budayanya. Walaupun bersebelahan kita lewat jalan lama, fasilitas lama. Kita tidak pernah lewat jalan mereka, tetapi kita sudah cukup membekalinya, memberikan arahan dan pendidikan, telah menyiapkan mereka dengan baik bagaimana agar mereka selamat dan lancar lewat pada jalannya sekarang. Sampai disitulah tugas kita, amanah dari Tuhan, jangan pernah berfikir minta balasan. Hidup bukan urusan balas membalas, tetapi sambung menyambung, saling memberi jalan, dan mempersiapkan generasi penerus kita, itu tugas yang tidak bisa ditawar dan tidak boleh menuntut imbalan.

Coba saat yang sama juga kita renungkan, apa yang kita lakukan saat orang tua kita juga terbaring seperti kita, mungkin kita sedang rapat, sedang pergi ke daerah, walaupun saudara kita sudah menghubungi kita berkali-kali, kita masih menunda untuk pulang karena ada tugas yang harus kita selesaikan, kita masih sibuk. Kita tidak pernah tahu betapa penderitaan orang tua kita menjelang hari akhirnya, secara fisik yang kita ketahui, dia sakit, tetapi pernahkah kita tahu angan2nya, penderitaan batinnya saat kita tidak ada didekatnya di saat2 dia inginkan. 
Disaat- saat tertentu dia memikirkan kita membayangkan kita saat kecil, dipeluk digendong dan dibanggakan kesemua kawannya. Disaat-saat terakhirnya, dia orangtua kita, mungkin juga kesepian mengharapkan kehadiran kita setiap saat, untuk berbagi rasa dan cerita. Tetapi mereka tidak berdaya, karena kita sibuk dengan keluarga kita sendiri, kita punya jadwal sendiri dalam hidup kita.
Sama seperti kita sekarang semua berputar mengikuti siklusnya sesuai kodrat alam. dan putaran siklus itu tidak pernah berbalik arah, terus maju. Itulah hidup terus berputar mengikuti kodratnya.
Saat ini kita terbaring tidak berdaya, jauh dari mereka yang kita besarkan hampir sepanjang hidup kita. 

Pernahkah kita ingat, dulu mereka juga sering kita tinggalkan sendirian hanya bersama seorang pembantu atau saudara, yang kurang dapat dijamin kecintaannya dibanding kita orang tuanya, dimalam yang sunyi dan sepi, hujan dan halilintar menyambar diatas rumah kita, dan kita orang tuanya mungkin sedang di daerah, sedang seminar, entah sedang dimana. Mereka anak kita meringkuk kedinginan diliputi kecemasan, dan imajinasi kekanakannya merambah menjadi kekhawatiran dan ketakutan, karena kita tidak ada di sampingnya. Mungkin sekarang mereka lupakan itu semua, tetapi itulah siklus hidup manusia. Mengantar generasi berikutnya ke jalurnya sendiri ke jamannya sendiri, mereka tidak bisa balik bergabung ke jalur kita lagi.

Oleh sebab itu, tak layak kita mengharap balasan pada anak kita, kita harus siap ditinggalkan mereka, karena kita sendiri yang mengantarkan mereka ke jalur kehidupannya sekarang. Kita hanya bisa berdoa sekuat-kuatnya, mengharap ridhoNya, agar bekal yang kita benamkan dikantung jiwanya cukup untuk mengarungi jalur kehidupannya, semoga nilai-nilai yang kita kalungkan di pundak sanubarinya, cukup baginya, karena banyak keputusan yang harus dia ambil sendiri, banyak pilihan yang harus dia tetapkan sendiri, tanpa bantuan kita, dan memang kita tidak mungkin lagi membantunya.

Demikian juga kepada orangtua kita, kita perlu mendoakan setulus-tulusnya, agar Yang Kuasa selalu melingkupi dengan berkah dan karuniaNya, di dunia dan alam sana.
Kita, Anak kita dan Orang Tua kita, Berjalan searah di jalur yang berbeda, hanya bisa melambaikan tangan, tanpa bisa saling campurtangan, itulah hidup berkah Sang Pencipta. didikp@cbn.net.id

1 komentar:

  1. Hidup memang sambung menyambung, sehingga kita harus jadi sambungan yang baik dan kokoh bagi generasi berikutnya

    BalasHapus

Gunakan kata-kata yang sopan dan pendapat yang elegan, dan masukan yang memberi solusi

KURIKULUM

Curriculum is the mirror that reflect what the nations dream about next generations

Kurikulum adalah cermin yang merefleksikan apa yang menjadi mimpi suatu bangsa tentang generasi mendatang

MBS

APA ITU MBS, Manajemen Berbasis Sekolah
Para pelatih sering menyampaikan apa itu MBS melalui, Pengertian MBS, Tujuan MBS, Ciri-ciri MBS, Pilar MBS dan sebagainya. Bertolak dari kelemahan-kelemahan yang ada di sekolah. Seakan tidak ada satupun, hal baik yang telah dilakukan sekolah yang dapat mendukung MBS. Walaupun MBS memberi keleluasaan pada sekolah untuk berinovasi tetapi masih banyak rambu-rambu yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan sebagai sekolah MBS.
Kemudian saya berfikir, bahwa MBS adalah otonomi sekolah dimana sekolah, dapat dengan bebas, kreatif dan inovatif dapat mengembangkan segala potensinya bersama stakeholder yang lain, untuk mencapai tujuan sekolah.
Tetapi, bukankah sekolah juga harus melaksanakan berbagai aturan, pedoman Juknis dan Juklah dari berbagai sumber pemerintah, baik pusat maupun daerah, semua sudah dipatroon sedemikian rupa sehingga sekolah tinggal melaksanakan saja. Demikian juga berbagai pelatihan dari berbagai nara sumber,seakan menancapkan pagar-pagar baru, pagar-pagar hidup yang terus tumbuh melingkari sekolah, membelit inovasi dan kreativitas. Tujuan yang hendak dicapai mulai samar, proses dan prosedur untuk mencapai tujuan justeru menjadi dominan. Orang mulai lupa hakekat dan tujuan kemudian sibuk melaksanakan proses dan prosedur, entah apa dampak dari yang sudah dilaksanakan, yang penting telah melaksanakan sesuai aturan dan prosedur. Padahal dengan aturan yang sama yang diterapkan pada situasi yang berbeda di penjuru nusantara pastilah membawa dampak yang berbeda.
Kemudian saya berfikir ulang, tentulah semua aturan bertujuan baik, dan berusaha untuk mencapai peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas layanan kepada peserta didik. Tentulah para penyusun kebijakan beritikad untuk membantu dan mempermudah sekolah untuk melaksanakan perannya.
 Sampailah pada suatu simpulan, seandainya antara kebijakan yang ada, dengan kondisi lapangan, serta potensi sekolah termasuk potensi SDM di sekolah dapat dipadukan serta didukung dengan kajian teoritik dan keilmuan terkait, tentulah akan terjadi sinkronisasi dan harmonisasi yang mewujudkan efektivitas dalam pencapaian tujuan.
Kebijakan sudah ada, kajian teoritik dan keilmuan banyak tersebar di berbagai buku, laporan penelitian dan sumber lainnya. Ceramah para nara sumber tentang seluk beluk MBS telah menjadi idiom baku dalam setiap pelatihan. Ada yang belum tampak terkemas dengan baik, yaitu potensi sekolah dengan berbagai sumberdaya manusianya. Kebijakan dan landasan teori bersifat pasif, semua menjadi tidak bermakna tanpa sentuhan nyata secara operasional dari manusia dengan berbagai potensinya.
Oleh sebab itu ada beberapa prinsip yang perlu terus dikembangkan kepada unsur SDM di sekolah, yaitu Kepala Sekolah, Guru, Pengawas Sekolah dan warga sekolah lain termasuk siswa, orang tua dan Komite sekolah.


Prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1. Mempunyai kemauan, motivasi dan spirit yang kuat untuk memajukan sekolah, apapun caranya
2. Mempunyai cita-cita dan harapan yang jelas tentang ujud sekolah yang diinginkan di masa mendatang dalam bentuk visi yang terukur dan terencana dengan baik, mempunyai visi yang jelas tentang masa depan sekolah
3. Disiplin dan tanggungjawab melaksanakan semua rencana yang telah disepakati, secara jujur menurut suara hati.
4. Adil, tidak ada yang diperlakukan dengan tidak adil, semua ingin dihargai dan menghargai, termasuk adil kepada siswa, memberikan haknya untuk mendapat layanan terbaik kepadanya
5. Peduli, ada kepedulian terhadap masalah yang dihadapi dan kepada sesama warga sekolah
6. Ada kerja sama, antar warga sekolah dalam pelaksanaan semua program
7. Selalu belajar secara bersama, mengumpulkan informasi dan data pendukung yang diperlukan, untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Setiap warga sekolah, atau sumber daya manusia yang ada di sekolah pada hakekatnya pastilah punya kemauan, punya cita-cita dan harapan, ada keinginan semua dilaksanakan secara disiplin dan bertanggungjawab, semua ingin diperlakukan dengan adil, dan dihargai, termasuk para peserta didik, semua ingin dipedulikan dan saling mempedulikan satu sama lain, ada kebutuhan untuk saling bekerjasama karena banyak hal tidak mungkin dilaksanakan sendiri tanpa koordinasi, dan bantuan pihak lain. Semua tentu ingin terus belajar dan mendapat informasi dan data yang akurat untuk mendukung pencapaian tujuan. Semua itu hakekatnya adalah sifat dasar manusia, andai saja mau mendengar panggilan suara hati nuraninya.
Kalau semua potensi positif SDM seperti di atas telah dipenuhi dan siap dilaksanakan, barulah kita, pelajari, kita cermati dan kita kaji, bagaimana ciri-ciri MBS, hakekatnya apa, kebijakan yang melandasi apa, dukungan teori secara ilmiah seperti apa, fakta yang ada di sekolah bagaimana serta pernik-pernik MBS lainnya.
Dengan kata lain sebelum melaksanakan program peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh, dengan program manajemen berbasis sekolah, prasyarat di atas harus dipenuhi lebih dahulu. Tidak bisa kita serta merta langsung mengikuti pelatihan dan menggelar program MBS tanpa persiapan di atas. Kalaupun itu kita paksakan pastilah tidak bertahan lama, semangat akan cepat kendur, karena tidak berasal dari dalam sebagai inner motivation, dari setiap pribadi warga sekolah atau internal motivation dari sekolah sebagai suatu lembaga, tetapi lebih pada dorongan dari luar, dari kebijakan pemerintah, dari para nara sumber dan tekanan-tekanan lain yang bersifat external motivation, bahkan external pressure. Selamat melaksanakan MBS!, mari kita gunakan sifat dasar positif kita sebagai insan yang mau mendengar suara nurani, dari lubuk hati yang paling dalam. Secara konkret semua harus mengambil peran secara total, sehingga bukan sekedar MBS tetapi Total Quality Manajemen Berbasis Sekolah.



kOMPETENSI

Kompetensi merupakan

pengetahuan, 
ketrampilan, 
sikap dan nilai-nilai

 yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak

Pendidikan tanggungjawab bersama

Andaikan semua menyadari bahwa pendidikan yang bermutu itu mahal, walaupun mahal semua harus dapat menempuhnya karena pendidikan merupakan kebutuhan pokok seperti halnya makan dan pakaian. Karena mahal dan semua warga negara perlu mendapatkan maka biaya yang mahal tersebut harus di tanggung bersama antara pemerintah, masyarakat dan orang tua. Orangtua yang miskin harus dibantu oleh yang lain. Yang lain itu adalah pemerintah dan masyarakat luas termasuk dunia usaha dan industri. Karena masyarakat miskin yang tidak mampu mengakses pendidikan itu juga mengkonsumsi hasil industri. Siapapun yang membantu pendidikan berarti turut serta berkontribusi terhadap terciptanya negeri yang maju dan makmur berkeadilan, bukan hanya slogan. Bantulah anak-anak miskin untuk menempuh pendidikannya, siapa tahu diantara mereka ada yang akan menjadi pemimpin yang bijak, yang membawa negeri ini lebih baik, bantulah secara sembunyi atau terang-terangan, secara kelompok atau perorangan, dalam jumlah sedikit atau banyak, niscaya rezeki dan kebaikan hidup akan dijaminkanNya kepada kita Amien